Sabtu, 09 Oktober 2010

PROSES KONSELING

Proses Konseling menurut John Mc Leod
            A. Definisi Proses Konseling
Proses konseling merupakan topic yang luas. Tiap proses yang telah diterangkan tadi dapat dieksplorasi lebih lanjut melalui sudut pandang konselor, klien, atau pengamat luar independen.
Ø  Proses Awal 
1)      Menegosiasikan Harapan
2)      Penilaian
3)      Membangun Aliansi Kerja

Ø  Bagian Tengah Konseling: Proses Perubahan 
1)      Asimilasi Pengalaman Problematik
2)      Peristiwa Perubahan
3)      Menggunakan Latihan dan Intervensi Terstruktur

Ø  Proses Akhir
Proses akhir atau fase final bisa dipecah menjadi menegosiasikan akhir, memberikan rujukan, menyelesaikan isu rasa kehilangan, memastikan pentransferan apa yang dipelajari ke dalam situasi riil, mangantisipasi atau mencegah kambuhan, dan merencanakan lanjutan.

RAGAM KONSELING BERDASARKAN JUMLAH KONSELI


A.    Konseling Individual
            Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan seorang konseli (siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang professional dengan jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi masalah dalam pendidikan, pekerjaa, dan social dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.

RAGAM KONSELING BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN KONSELI


  1. Konseling Pada Anak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yangterpanjang dalam rentang kehidupan yaitu, saat individu tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Pada masa ini timbul tuntutzn-tuntutan dari masyarakat agar anak menguasai keterampilan-keterampilan yang berguna dalam kehidupannya khususnya mengurus dirinya sendiri.
Ø  Macam-macam Konseling Pada Anak
a). Konseling Anak Usia Dini (2-5 tahun)           
b). Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 tahun)
c). Konseling Praremaja (9-12 tahun)


Ø  Teknik Untuk Membantu Anak Dalam Konseling
Beberapa teknik yang digunakan untuk membantu anak yang mengalami traumatik atau stres yaitu dengan (1) konseling melalui bermain, (2) friendship group (kelompok teman sebaya), (3) eksplorasi dari isi mimpi anak sebagai sarana untuk masuk dalam pikiran dan perasaan yang mungkin tidak disadari anak, (4) menggunakan board games dan aktivitas formal lainnya.
Ø  Fungsi Konselor Anak
1)Melaksanakan Tes
2)Menulis dan Menyimpan Berbagai Catatan
3)Melakukan Rujukan dan Penempatan

  1. Konseling Pada Remaja
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan kepribadian yang signifikan dan berdampak pada perubahan emosional yang besar. Periode yang berlangsung antara usia 12-18 tahun ini sering disebut masa yang penuh gejolak yaitu masa yang penuh dengan pemberontakan (revolt and rebel).
Ø  Konseling Dengan Remaja
           Dalam melakukan konseling konselor harus memahami karakteristik remaja, karena remaja merupakan kelompok yang unik. Rasa kebingungan dalam menemukan identitas dirinya dan ingin memperoleh kebebasan, mengakibatkan remaja berperilaku sangat menentang dan pemberontak namun bisa juga menjadi penurut dan penuh kasih sayang. Hal ini yang membuat koseling atau bimbingan dari konselor diperlukan.
Ø  Bentuk-bentuk Konseling Pada Remaja
1. Berbagai bentuk konseling kelompok
2. Tes dan Observasi
Peran konseling dalam masa remaja
            Sebagai masa peralihan yaitu konselor memfasilitasi konseli agar konseli tersebut bisa menemukan jati dirinya yaitu dengan menganalisa segala kekurangan dan kelebihan serta potensi yang dimilikinya sehingga konseli dapat menemukan identitasnya.
Sebagai masa perubahan yaitu memberikan motivasi kepada konseli agar bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya secara positif.
Sebagai masa dimana individu mencari identitas diri yaitu memberikan bantuan agar individu dapat memahami dirinya, mengenal diri sendiri, serta menerima diri sendiri. Dengan begitu individu dapat mengetahui sikap-sikapnya, sifat-sifatnya dan kemampuannya.

  1. Konseling Pada Orang Dewasa
Konseling pada orang dewasa juga dibutuhkan, karena pada masa dewasa akan terus berlanjut dan terjadi banyak konflik intrapersonal dan interpersonal yang mengganggu proses adaptasi. Dalam hal ini tugas konselor adalah memaksimalkan pertumbuhan dan kemampuan coping pada klien dan membantu mengeksplorasi berbagai area dalam kehidupan yang dirasakan tidak berfungsi dengan baik.

Ø  Bentuk dan cara konseling pada orang dewasa
            Bentuk konseling yaitu menggunakan komunikasi verbal langsung dalam kelompok atau secara individual yang meliputi permainan atau aktivitas yang dapat menimbulkan efek terapeutik, penggunaan seni, musik, dan literatur. Standar konseling secara umum adalah melalui bahasa, karena bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif dalam konseling orang dewasa.
  1. Konseling Usia Madya
            Konseling pada usia madya lebih mudah daripada konseling pada usia-usia lainnya. Hal itu disebabkan dalam usia madya, seseorang telah dapat melihat tujuan dengan jelas, mempunyai gambaran tentang masa depan, serta kondisi keuangan yang telah mapan
  1. Konseling Pada Orang Lanjut Usia
Masa lanjut usia sering dipandang sebagai masa penarikan diri dari pekerjaan dan hubungan dengan lingkungan sosial, karena pada masa lanjut usia mengalami kemunduran. Hasil-hasil penelitian yang baru menyadari adanya potensi-potensi positif yang dimiliki oleh orang yang memasuki usia tua.
            Rogers menekankan bahwa manula adalah hipokondriak dan terobsesi pada kemunduran fisik dan penyakit. Penelitian ini menemukan bahwa penyesuaian diri cenderung stabil sepanjang kehidupan seseorang. Jadi konselor untuk lansia kiranya memikirkan pendapat Rogers ini, karena akan sangat memengaruhi sikap, tindakan, dan pendekatannya kepada lansia.
Kesimpulan:
            Setiap tahap perkembangan usia yaitu usia kanak-kanak, remaja, dewasa, madya, dan lanjut usia memiliki karakteristik yang berbeda dan menghadapi berbagai pengalaman hidup yang berbeda. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan proses konseling yang sesuai dengan tahap perkembangan konseli. Yaitu proses konseling yang dapat membantu konseli dalam menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

RAGAM KONSELING BERDASARKAN MASALAH


  1. Konseling Pribadi-Sosial
            Permasalahan yang dihadapi setiap individu berbeda-beda apalagi yang menyangkut masalah pribadi. Peran konselor di sini adal akan masalahnyaah memahami setiap karakteristik masing-masing individu. Kegiatan-kegiatan yang  termasuk dalam konseling pribadi sosial ini bisa berupa menghadiri seminar tentang kepribadian yang menyangkut tentang pemahaman diri serta masalah tentang pentingnya bersosialisasi dengan individu lain, melakukan konseling pribadi.

KAITAN KONSELING DENGAN LAYANAN LAINNYA


A.    Definisi Konseling
            Secara etimologis konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkaikan dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Aglo-Saxon, istilah konseling berasal dari kata “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”. Dengan demikian konseling adalah “Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien”(Prayitno, 2004:99).
Menurut Pietrofesa, Leonard, dan Hoose dalam Andi Mappiare AT merumuskan definisi konseling harus mengandung unsur-unsur:
1.     Suatu proses
2.     Adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional
3.     Membantu orang lain
4.     Untuk memahami diri, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah
5.     Pertemuan “dari hati ke hati” antar manusia
6.     Hasilnya sangat tergantung pada kualitas hubungan.
Dengan unsur-unsur di atas kita dapat dengan mudah menyusun definisi dari konseling. Namun yang paling penting untuk diketahui bagi kita yaitu konseling merupakan aktivitas interdisiplin yang mencakup berbagai tradisi dan pemikiran, serta membuka dirinya bagi berbagai wacana teori, riset, dan praktik.

KAJIAN KURIKULUM KERR

KAJIAN KURIKULUM KERR

Pendahuluan
Kerr mendefinisikan kurikulum sebagai, 'Semua pembelajaran yang direncanakan dan dipandu oleh sekolah, apakah itu dilakukan di dalam kelompok atau secara individu, di dalam atau di luar sekolah. Ini memberikan kita suatu dasar untuk melanjutkan mengkajinya.

Pembahasan
            Kerr menyebutkan:
1.      Pembelajaran direncanakan dan dibimbing. Kita harus menentukan terlebih dahulu apa yang kita sedang usahakan dan bagaimana kita harus mencapainya
2.      Empat cara mendekati teori dan praktik kurikulum:
a.       Kurikulum sebagai tubuh pengetahuan yang akan ditransmisikan.
b.      Kurikulum sebagai suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu pada siswa - produk.
c.       Kurikulum sebagai proses.
d.      Kurikulum sebagai praxis.
3.      Kurikulum sebagai silabus untuk diteruskan

Selasa, 05 Oktober 2010

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

PENDAHULUAN
            Teori belajar behaviouristik melihat belajar sebagai proses perubahan tingkah laku teramati yang relatif berlangsung lama sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan. Behaviouristik menekankan aspek tingkah laku teramati, sebab behaviouristik tidak berfokus pada perubahan-perubahan yang tidak teramati (internal) yang ada dalam mental individu. Aspek lainnya, relatif berlangsung lama maksudnya bahwa perubahan itu bukan berlangsung sementara seperti pada tinglah laku orang mabuk, atau orang sakit yang nampaaknya mengalami perubahan dari sebelumnya tetapi perubahan itu harus bersifat relatif menetap pada individu tersebut. Aspek terakhir, pengalaman, maksudnya bahwa perubahan yang terjadi betul-betul dialami oleh individu karena berinteraksi dengan lingkungan eksternal.         Prinsip-prinsip belajar berperan dalam menjelaskan tingkah laku individu, baik yang normal maupun yang abnormal atau yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, berdasarkan model behaviouristik tingkah laku yang tidak diinginkan dan tingkah laku adaptif atau normal diperoleh dengan prinsip-prinsip belajar yang sama. Itu sebabnya mengapa tingkah laku yangdipelajari, ada yang bersifat konstruktif dan adaptif yang membantu seseorang mengatasi tantangan hidup sehari-hari dan membuka peluang untuk hidup bahagia dan produktif, tetapi ada pula tingkah laku yang tidak diinginkan atau abnormal. Untuk itu, mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan adalah juga dengan menggunakan prinsip belajar itu sendiri. Tidak heran, mereka mereka yang menggunakan prinsip behaviouristik disebut spesialis belajar.