Selasa, 05 Oktober 2010

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

PENDAHULUAN
            Teori belajar behaviouristik melihat belajar sebagai proses perubahan tingkah laku teramati yang relatif berlangsung lama sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan. Behaviouristik menekankan aspek tingkah laku teramati, sebab behaviouristik tidak berfokus pada perubahan-perubahan yang tidak teramati (internal) yang ada dalam mental individu. Aspek lainnya, relatif berlangsung lama maksudnya bahwa perubahan itu bukan berlangsung sementara seperti pada tinglah laku orang mabuk, atau orang sakit yang nampaaknya mengalami perubahan dari sebelumnya tetapi perubahan itu harus bersifat relatif menetap pada individu tersebut. Aspek terakhir, pengalaman, maksudnya bahwa perubahan yang terjadi betul-betul dialami oleh individu karena berinteraksi dengan lingkungan eksternal.         Prinsip-prinsip belajar berperan dalam menjelaskan tingkah laku individu, baik yang normal maupun yang abnormal atau yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, berdasarkan model behaviouristik tingkah laku yang tidak diinginkan dan tingkah laku adaptif atau normal diperoleh dengan prinsip-prinsip belajar yang sama. Itu sebabnya mengapa tingkah laku yangdipelajari, ada yang bersifat konstruktif dan adaptif yang membantu seseorang mengatasi tantangan hidup sehari-hari dan membuka peluang untuk hidup bahagia dan produktif, tetapi ada pula tingkah laku yang tidak diinginkan atau abnormal. Untuk itu, mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan adalah juga dengan menggunakan prinsip belajar itu sendiri. Tidak heran, mereka mereka yang menggunakan prinsip behaviouristik disebut spesialis belajar. 
 Secara awam, prinsip-prinsip belajar behavioristik ada pada setiap orang dewasa, hanya saja implementasinya tidak berjalan sesuai dengan maksudnya karena mungkin prosedurnya keliru atau tidak tepat. Guru tanpa sadar misalnya memarahi siswanya di kelas bila berbicara tidak pada tempatnya, maksudnya supaya si siswa menghentikan perilaku berbicara tidak pada tempatnya. Di rumah orang tua selalu menjanjikan sesuatu kepada putranya agar terus mau belajar. Singkatnya pandangan behaviouristik tentang belajar bukanlah hal yang asing sama sekali.



TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

PEMBAHASAN
            Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respon. Selain itu teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkrit (Asri Budiningsih, 2008). Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-Respon). Teori Behavioristik:
(1) Mementingkan faktor lingkungan, (2) Menekankan pada faktor bagian, (3) Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif, (4) Sifatnya mekanis, dan (5) Mementingkan masa lalu.
Faktor yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Reinforcement disebut juga tindakan penguatan yakni konsekuensi yang menyenangkan yang mempertahankan atau meningkatkan perilaku tertentu (Slavin, 2008). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan. Tokoh-tokoh aliran behavioristik antara lain: Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Skinner, Pavlov, dan Bandura.

A.    Teori Belajar Menurut Thorndike

            Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan balajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu dapat diamati atau tidak kongkrit yaitu tidak dapat diamati.
Thorndike melakukan percobaan pada kucing. Dari percobaan itu Thorndike menemukan hukum-hukum belajar:
1.      Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2.      Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3.      Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionisme).

B.     Teori Belajar Menurut Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Perubahan mental pada diri seseorang dianggap tidak penting dan tidak perlu diperhitungkan. Watson mengakui bahwa perubahan-perubahan mental itu penting namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak bisa diamati (Asri Budiningsih, 2008).

C.    Teori Belajar Menurut Clark Hull

Teori belajar Clark Hull menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Bagi Hull seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis dan pemuas kebutuhan biologis (menempati posisi sentral), walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

D.    Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Teori Edwin Guthrie menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis. Guthrie percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.

E.     Teori Belajar Menurut Skinner

B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Beberapa prinsip Skinner antara lain:
1.      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.      Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.      Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5.      dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
6.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel rasio reinforcer.
7.      Dalam pembelajaran digunakan shaping.
Shaping atau pembentukan yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

F.     Teori Belajar Menurut Pavlov

Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing:
1.      US (unconditioned stimulus), stimulus asli atau netral atau stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
2.      UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging.
3.      CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4.       CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.
Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

G.    Teori Belajar Menurut Bandura

Teori belajar sosial Bandura menunjukkan pentingya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam, konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah
1.      Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2.      Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3.      Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.      Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan  penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa
            Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Tujuan pembelajaran menurut teori ini ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Bisa dikatakan sebagai evaluasi yang menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
KESIMPULAN
Belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respon. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Tokoh-tokoh teori ini terdiri dari Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Skinner, Pavlov, dan Bandura. Para tokoh mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai belajar tetapi pada intinya semua berkaitan dengan S-R (stimulus dan respon). Aplikasi teori ini dengan pembelajaran tergantung dengan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri. 2008. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidika: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Susanto, Agus. 2010. Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran. (Online), (http://my.opera.com/a6us/blog/2010/03/26/teori-behavioristik-dalam-pembelajaran, diakses 3 September 2010).
Hitipieuw, Dra. Imanuel.2009.Belajar Dan Pembelajaran. Malang:FIP UM
Teori Belajar Behavioristik. 2008. (Online), (http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-behavioristik.html, diakses 3 September 2010).
Teori Belajar Behavioristik. 2010. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik, diakses 3 September 2010).
Teori Belajar Behavioristik. (Online), (trimanjuniarso.files.wordpress.com/.../teori-belajar-behavioristik.doc, diakses 3 September 2010).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar